One Shot One Killed. Selalu bergerak
di bawah bayang-bayang, senyap, dan mematikan. Inilah sniper. Seorang
sniper atau penembak tepat harus memiliki klasifikasi yang lebih tinggi
dibanding prajurit rata-rata. Dalam model pertempuran modern, seorang
sniper biasanya didampingi seorang asisten yang bertugas menghitung
jarak target, arah angin, kelembaban udara, dan hal-hal lain yang tentu
saja terkait dengan tingkat akurasi tembakan ke arah target yang jauhnya
bisa mencapai 2.500 meter!
Ciri lainnya, jika tentara reguler biasanya bergerak secara peregu
atau dengan rombongan besar, maka sniper bergerak sendiri-sendiri atau
berdua dengan asisten. Target seorang sniper juga berbeda dengan pasukan
reguler. Target sniper yang paling utama adalah melumpuhkan sniper
lawan, taret kedua adalah komandan pasukan atau orang-orang penting yang
berada di dalam pasukan, dan yang ketiga biasanya tentara yang membawa
senjata sembur seperti mitraliyur atau petugas komunikasi. Yang terakhir
ini seorang sniper biasaya memilih satu titik dimana dengan satu
tembakan mampu merusak alat komunikasi yang biasanya dibawa di punggung
sekaligus mematikan sang pembawanya.

Tak
jarang, untuk membuyarkan konsentrasi pasukan atau untuk menimbulkan
kepanikan atau korban yang lebih banyak, seorang sniper juga
mentargetkan menembak benda-benda yang jika ditembak akan meledak,
seperti tanki bensin kendaraan musuh, granat yang tengah digantungkan di
tubuh personel musuh, atau pun rotor helikopter jika yang digunakan
adalah senjata sniper anti material seperti halnya Barret.
Dalam medan jihad Suriah dan juga Irak melawan rezim syiah yang
menindas dan membunuhi rakyatnya sendiri, para mujahidin memiliki
unit-unit khusus yang didalamnya terdapat orang-orang pilihan. Salah
satu unit khusus itu adalah satuan sniper mujahidah.

Salah
satu sniper Mujahidin perempuan Suriah dikenal dengan nama sandi
“Guevara” dan Ummu Jafar. Nama Guevara ini mengingatkan kita pada tokoh
revolusioner Kuba, sahabat Fidel Castro, dr. Che Guevara.
“Guevara”, mujahidin perempuan dari kota Aleppo berusia 36 tahun ini,
merupakan mantan guru bahasa Inggris. Dia bergabung dengan para
mujahidin setelah dua nakanya yang baru berusia 10 dan tujuh tahun
syahid dibunuh tentara syiah rezim Bashar al Asad. Rumahnya sendiri
hancur digempur jet tempur tentara syiah. Tidak ada jalan lain kecuali
keinginan untuk bergabung dengan kedua anaknya yang telah terlebih
dahulu syahid, tentunya dengan jalan mulia, jalan para nabi dan
orang-orang yang mencintai agama Allah swt: Jihad fi sabilillah.

Guevara”
sesungguhnya berasal dari Palestina. Dia pernah menjalani latihan
militer yang digelar HAMAS di Lebanon. Dia bahkan tergabung dengan
partai bawah tanah Palestina untuk menggulingkan Presiden Syiah Bashar
al-Assad.
Pernikahannya dengan suaminya yang pertama gagal karena dia
menganggap lelaki itu tidak memiliki jiwa seorang mujahidin. Sekarang
dia juga mengancam meninggalkan suaminya yang baru, seorang komandan
brigade tempur Mujahidin, jika dirinya dilarang ikut terjun ke dalam
pertempuran.
Guevara berkata jika dia ingin sekali membunuh para tentara Syiah
Suriah sebanyak-banyaknya. “Saya suka berperang. Ketika saya melihat
teman saya di Katiba (salah satu divisi Mujahidin) syahid, saya ingin
mengambil senjata dan membalaskan dendam,” kata Guevara
Posnya
adalah di berbagai gedung yang telah kosong di Aleppo. Dengan senapan
di tangan dan mata setajam elang, Guevara membidik calon korbannya.Sampai kini entah sudah berapa tentara yang menjadi korban senapan
khusus snipernya. “Setiap berhasil merobohkan musuh Islam, saya teriak
‘Yes!’,” kata dia.
Senjata khusus sniper yang biasa dibawanya adalah Steyr Mannilicher
MOD SSG-69, bolt Action kaliber 7,62 x 51mm lengkap dengan teleskop
jarak jauh, yang diproduksi oleh steyr Daimter puch, Swiss. Senjata
seberat hampir tujuh kilogram dengan jarak tembak efektif mencapai
1.200 meter ini masuk ke dalam jajaran senjata khusus sniper terbaik
dunia di mana AD Austria menggunakannya. SSG 69 ini juga digunakan
Pasukan Indonesia Yonif Linud 328.
Selain SSG 69 sniper type, Guevara juga suka menenteng AK-47 varian
sniper yang sangat legendaris. Senjata laras panjang ini merupakan
favorit bagi kelompok perlawanan. Ada kisah-kisah menggetarkan di balik
legenda AK-47. Salah satunya terjadi di Irak tahun 2003 ketika
serombongan heli tempur Apache milik Amerika terpaksa kabur diberondong
AK-47 dari bawah.
Walau akurasinya tak sebaik M-16 yang menjadi senjata laras panjang
standar NATO, namun telah menjadi fakta bahwa 100 juta pucuk telah
terkirim ke seantero dunia. AK adalah senapan organik andalan 50
angkatan bersenjata dan puluhan kelompok perlawanan yang berada di
belantara Afrika, Amerika Selatan, dan Asia.
Guevara setiap hari mengenakan jaket loreng, celana kargo khaki, dan
bersepatu boot. Selain Guevara juga ada sejumlah sniper muslimah lainnya
yang tidak diketahui namanya. Mereka tidak pernnah takut untuk
bertempur melawan musuh di garis depan. Walau demikian, mereka tetaplah
seorang perempuan yang memiliki fitrah berhati lembut.
“Sering aku terbangun malam-malam. Kedua mataku meneteskan airmata
mengingat kedua anakku yang telah berada di surga. Aku ingin menyusul
mereka namun entah kapan. Aku ingin berkumpul kembali…,” ujar
Guevara.(rz)
sumber : http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/inilah-unit-sniper-mujahidah-suriah.htm#.VZc3klK2aNk
a
adalah salah satu “singa” Islam di belahan bumi Syam, yang menyirami
jalan ini dengan darahnya. Janggutnya yang telah memutih tak membuat
kegagahan dan keberaniannya berkurang sedikitpun. Kulitnya yang tak muda
lagi tak membuat tangannya lemah mengangkat senjata.
Sniper yang satu ini sangat terkenal di kalangan mujahidin provinsi Homs, Suriah. Nama lengkapnya adalah Ridwan Ahmad Nuhaili, sedangkan nama panggilannya adalah Abu Hamzah. Dengan keahliannya sebagai sniper jitu di jajaran mujahidin, ia pun dijuluki Abu Hamzah Al-Qannash, alias Abu Hamzah Sang Sniper.
Ia adalah sniper kota Khalidiyah, seorang syahid dan simbol ketegaran rakyat muslim Suriah di medan jihad.
Setiap peluru yang ditembakkan Abu Hamzah untuk melindungi nyawa anak-anak, wanita dan orang tua di Homs dari ancaman peluru dan bayonet tentara rezim Nushairiyah Suriah, atau milisi Syiah Shabihah akan menjadi sebab turunnya rahmat Allah bagi sang sniper (in syaa Allah). Tinta emas akan mencatat namanya dalam sejarah jihad kaum Muslimin. Hamba Allah yang telah mengorbankan harta dan nyawanya demi melindungi umatnya, memperjuangkan kemerdekaan dan menegakkan syariat Rabbnya.
Situs-situs koordinator lokal di Homs dan Dier Ezzur, menceritakan sepenggal kisah tentang riwayat hidup dan perjalanan jihadnya.
Dari intel negara sampai menjadi sniper mujahidin di Fallujah
Siapa sangka mujahid Islam hebat ini dahulunya adalah seorang intelijen negara?
Ridhwan Ahmad Nuhaili, dijuluki “Izrail Khalidiyah” . Ya, ia laksana malaikat maut yang senantiasa mengincar nyawa para jagal biadab tentara rezim Nushairiyah Suriah dan milisi Syiah Shabihah.
Ridhwan Nuhaili dilahirkan di kota Homs, provinsi Homs pada tahun 1965. Ia telah menikah dan dikaruniai empat orang anak yang masih kecil-kecil.
Ia pernah bekerja di Dinas Intelijen Nasional Suriah selama beberapa tahun. Keahliannya dalam menembak sangat dikenal di kesatuannya, sehingga ia mencapai pangkat perwira dengan tingkat keahlian yang sangat tinggi. Pada tahun 1989 ia mengajukan pengunduran diri dari kesatuan elitnya dan memilih hidup sebagai rakyat biasa.
Pada tahun 2003, saat pasukan penjajah salibis AS dan NATO menginvasi Irak, Ridhwan Nuhaili dan banyak pemuda muslim Homs lainnya menyeberang ke bumi jihad Irak. Mereka bergabung dengan mujahidin Ahlus Sunnah di kota Fallujah. Posisinya dalam regu sniper andalan mujahidin Fallujah membuatnya senantiasa berada di garis pertempuran terdepan melawan pasukan salibis AS dan NATO. Fallujah benar-benar menjadi kuburan bagi ribuan pasukan salibis Barat itu.
Sekitar tahun 2008, Ridhwan Nuhaili kembali ke kampung halamannya di kota Khalidiyah, Homs. Ia harus bekerja menafkahi istri dan anak-anak yang telah ia tinggalkan selama kurang lebih lima tahun masa jihadnya di Irak.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/02/11/abu-hamzah-sang-sniper-mujahidin-homs-yang-dijuluki-izrail-dari-khalidiyah.html#sthash.7qMr0xvO.dpuf
Sniper yang satu ini sangat terkenal di kalangan mujahidin provinsi Homs, Suriah. Nama lengkapnya adalah Ridwan Ahmad Nuhaili, sedangkan nama panggilannya adalah Abu Hamzah. Dengan keahliannya sebagai sniper jitu di jajaran mujahidin, ia pun dijuluki Abu Hamzah Al-Qannash, alias Abu Hamzah Sang Sniper.
Ia adalah sniper kota Khalidiyah, seorang syahid dan simbol ketegaran rakyat muslim Suriah di medan jihad.
Setiap peluru yang ditembakkan Abu Hamzah untuk melindungi nyawa anak-anak, wanita dan orang tua di Homs dari ancaman peluru dan bayonet tentara rezim Nushairiyah Suriah, atau milisi Syiah Shabihah akan menjadi sebab turunnya rahmat Allah bagi sang sniper (in syaa Allah). Tinta emas akan mencatat namanya dalam sejarah jihad kaum Muslimin. Hamba Allah yang telah mengorbankan harta dan nyawanya demi melindungi umatnya, memperjuangkan kemerdekaan dan menegakkan syariat Rabbnya.
Situs-situs koordinator lokal di Homs dan Dier Ezzur, menceritakan sepenggal kisah tentang riwayat hidup dan perjalanan jihadnya.
Dari intel negara sampai menjadi sniper mujahidin di Fallujah
Siapa sangka mujahid Islam hebat ini dahulunya adalah seorang intelijen negara?
Ridhwan Ahmad Nuhaili, dijuluki “Izrail Khalidiyah” . Ya, ia laksana malaikat maut yang senantiasa mengincar nyawa para jagal biadab tentara rezim Nushairiyah Suriah dan milisi Syiah Shabihah.
Ridhwan Nuhaili dilahirkan di kota Homs, provinsi Homs pada tahun 1965. Ia telah menikah dan dikaruniai empat orang anak yang masih kecil-kecil.
Ia pernah bekerja di Dinas Intelijen Nasional Suriah selama beberapa tahun. Keahliannya dalam menembak sangat dikenal di kesatuannya, sehingga ia mencapai pangkat perwira dengan tingkat keahlian yang sangat tinggi. Pada tahun 1989 ia mengajukan pengunduran diri dari kesatuan elitnya dan memilih hidup sebagai rakyat biasa.
Pada tahun 2003, saat pasukan penjajah salibis AS dan NATO menginvasi Irak, Ridhwan Nuhaili dan banyak pemuda muslim Homs lainnya menyeberang ke bumi jihad Irak. Mereka bergabung dengan mujahidin Ahlus Sunnah di kota Fallujah. Posisinya dalam regu sniper andalan mujahidin Fallujah membuatnya senantiasa berada di garis pertempuran terdepan melawan pasukan salibis AS dan NATO. Fallujah benar-benar menjadi kuburan bagi ribuan pasukan salibis Barat itu.
Sekitar tahun 2008, Ridhwan Nuhaili kembali ke kampung halamannya di kota Khalidiyah, Homs. Ia harus bekerja menafkahi istri dan anak-anak yang telah ia tinggalkan selama kurang lebih lima tahun masa jihadnya di Irak.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/02/11/abu-hamzah-sang-sniper-mujahidin-homs-yang-dijuluki-izrail-dari-khalidiyah.html#sthash.7qMr0xvO.dpuf
a
adalah salah satu “singa” Islam di belahan bumi Syam, yang menyirami
jalan ini dengan darahnya. Janggutnya yang telah memutih tak membuat
kegagahan dan keberaniannya berkurang sedikitpun. Kulitnya yang tak muda
lagi tak membuat tangannya lemah mengangkat senjata.
Sniper yang satu ini sangat terkenal di kalangan mujahidin provinsi Homs, Suriah. Nama lengkapnya adalah Ridwan Ahmad Nuhaili, sedangkan nama panggilannya adalah Abu Hamzah. Dengan keahliannya sebagai sniper jitu di jajaran mujahidin, ia pun dijuluki Abu Hamzah Al-Qannash, alias Abu Hamzah Sang Sniper.
Ia adalah sniper kota Khalidiyah, seorang syahid dan simbol ketegaran rakyat muslim Suriah di medan jihad.
Setiap peluru yang ditembakkan Abu Hamzah untuk melindungi nyawa anak-anak, wanita dan orang tua di Homs dari ancaman peluru dan bayonet tentara rezim Nushairiyah Suriah, atau milisi Syiah Shabihah akan menjadi sebab turunnya rahmat Allah bagi sang sniper (in syaa Allah). Tinta emas akan mencatat namanya dalam sejarah jihad kaum Muslimin. Hamba Allah yang telah mengorbankan harta dan nyawanya demi melindungi umatnya, memperjuangkan kemerdekaan dan menegakkan syariat Rabbnya.
Situs-situs koordinator lokal di Homs dan Dier Ezzur, menceritakan sepenggal kisah tentang riwayat hidup dan perjalanan jihadnya.
Dari intel negara sampai menjadi sniper mujahidin di Fallujah
Siapa sangka mujahid Islam hebat ini dahulunya adalah seorang intelijen negara?
Ridhwan Ahmad Nuhaili, dijuluki “Izrail Khalidiyah” . Ya, ia laksana malaikat maut yang senantiasa mengincar nyawa para jagal biadab tentara rezim Nushairiyah Suriah dan milisi Syiah Shabihah.
Ridhwan Nuhaili dilahirkan di kota Homs, provinsi Homs pada tahun 1965. Ia telah menikah dan dikaruniai empat orang anak yang masih kecil-kecil.
Ia pernah bekerja di Dinas Intelijen Nasional Suriah selama beberapa tahun. Keahliannya dalam menembak sangat dikenal di kesatuannya, sehingga ia mencapai pangkat perwira dengan tingkat keahlian yang sangat tinggi. Pada tahun 1989 ia mengajukan pengunduran diri dari kesatuan elitnya dan memilih hidup sebagai rakyat biasa.
Pada tahun 2003, saat pasukan penjajah salibis AS dan NATO menginvasi Irak, Ridhwan Nuhaili dan banyak pemuda muslim Homs lainnya menyeberang ke bumi jihad Irak. Mereka bergabung dengan mujahidin Ahlus Sunnah di kota Fallujah. Posisinya dalam regu sniper andalan mujahidin Fallujah membuatnya senantiasa berada di garis pertempuran terdepan melawan pasukan salibis AS dan NATO. Fallujah benar-benar menjadi kuburan bagi ribuan pasukan salibis Barat itu.
Sekitar tahun 2008, Ridhwan Nuhaili kembali ke kampung halamannya di kota Khalidiyah, Homs. Ia harus bekerja menafkahi istri dan anak-anak yang telah ia tinggalkan selama kurang lebih lima tahun masa jihadnya di Irak.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/02/11/abu-hamzah-sang-sniper-mujahidin-homs-yang-dijuluki-izrail-dari-khalidiyah.html#sthash.7qMr0xvO.dpuf
Sniper yang satu ini sangat terkenal di kalangan mujahidin provinsi Homs, Suriah. Nama lengkapnya adalah Ridwan Ahmad Nuhaili, sedangkan nama panggilannya adalah Abu Hamzah. Dengan keahliannya sebagai sniper jitu di jajaran mujahidin, ia pun dijuluki Abu Hamzah Al-Qannash, alias Abu Hamzah Sang Sniper.
Ia adalah sniper kota Khalidiyah, seorang syahid dan simbol ketegaran rakyat muslim Suriah di medan jihad.
Setiap peluru yang ditembakkan Abu Hamzah untuk melindungi nyawa anak-anak, wanita dan orang tua di Homs dari ancaman peluru dan bayonet tentara rezim Nushairiyah Suriah, atau milisi Syiah Shabihah akan menjadi sebab turunnya rahmat Allah bagi sang sniper (in syaa Allah). Tinta emas akan mencatat namanya dalam sejarah jihad kaum Muslimin. Hamba Allah yang telah mengorbankan harta dan nyawanya demi melindungi umatnya, memperjuangkan kemerdekaan dan menegakkan syariat Rabbnya.
Situs-situs koordinator lokal di Homs dan Dier Ezzur, menceritakan sepenggal kisah tentang riwayat hidup dan perjalanan jihadnya.
Dari intel negara sampai menjadi sniper mujahidin di Fallujah
Siapa sangka mujahid Islam hebat ini dahulunya adalah seorang intelijen negara?
Ridhwan Ahmad Nuhaili, dijuluki “Izrail Khalidiyah” . Ya, ia laksana malaikat maut yang senantiasa mengincar nyawa para jagal biadab tentara rezim Nushairiyah Suriah dan milisi Syiah Shabihah.
Ridhwan Nuhaili dilahirkan di kota Homs, provinsi Homs pada tahun 1965. Ia telah menikah dan dikaruniai empat orang anak yang masih kecil-kecil.
Ia pernah bekerja di Dinas Intelijen Nasional Suriah selama beberapa tahun. Keahliannya dalam menembak sangat dikenal di kesatuannya, sehingga ia mencapai pangkat perwira dengan tingkat keahlian yang sangat tinggi. Pada tahun 1989 ia mengajukan pengunduran diri dari kesatuan elitnya dan memilih hidup sebagai rakyat biasa.
Pada tahun 2003, saat pasukan penjajah salibis AS dan NATO menginvasi Irak, Ridhwan Nuhaili dan banyak pemuda muslim Homs lainnya menyeberang ke bumi jihad Irak. Mereka bergabung dengan mujahidin Ahlus Sunnah di kota Fallujah. Posisinya dalam regu sniper andalan mujahidin Fallujah membuatnya senantiasa berada di garis pertempuran terdepan melawan pasukan salibis AS dan NATO. Fallujah benar-benar menjadi kuburan bagi ribuan pasukan salibis Barat itu.
Sekitar tahun 2008, Ridhwan Nuhaili kembali ke kampung halamannya di kota Khalidiyah, Homs. Ia harus bekerja menafkahi istri dan anak-anak yang telah ia tinggalkan selama kurang lebih lima tahun masa jihadnya di Irak.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/02/11/abu-hamzah-sang-sniper-mujahidin-homs-yang-dijuluki-izrail-dari-khalidiyah.html#sthash.7qMr0xvO.dpuf